Rabu, 26 Maret 2008

Resiko Jantung Intai Wanita

SAKIT jantung pada wanita sering kali tidak memiliki gejala spesifik. Nyeri pada bagian dada adalah gejala khas yang menandai penyakit itu.

Ancaman penyakit jantung pada wanita patut mendapat perhatian serius. Apalagi penyakit itu sering kali tidak memiliki gejala spesifik. Wanita yang mengalami serangan jantung pertama kali lebih berisiko berakhir dengan kematian.

Gejala penyakit jantung pada wanita tidak khas layaknya pria. Selain sakit pada bagian dada, gejala penyakit jantung pada wanita juga ditandai dengan rasa tidak nyaman pada bagian lengan, bahu, punggung, leher, rahang, dan perut.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Circulation: Journal of the American Heart Association mengungkapkan, sebanyak 20 persen wanita mengalami sakit dada akibat otot jantung yang menegang. Artinya, wanita lebih banyak mengalami gejala sakit di bagian dada bila dibandingkan pria. Gejala tersebut dikenal dengan angina atau sakit dada tidak khas.

Keluhan yang dirasakan seperti timbul tenggelam. Terkadang muncul sebentar, tapi bisa juga sepanjang hari. Dalam studi tersebut, peneliti menganalisis sebanyak 53 penelitian yang membahas mengenai otot jantung yang menegang yang menyerang lebih dari 400.000 orang dari 31 negara.

Secara keseluruhan, wanita yang mengalami otot jantung menegang sebanyak 13.331 wanita dibandingkan pria hanya 11.511 mengalami keluhan yang sama. Perbandingan yang cukup signifikan antara pria dan wanita, ditambah status menopause diabaikan.

Wanita usia menopause berisiko dua sampai tiga kali mengalami penyakit jantung dan stroke dibandingkan wanita usia produktif. Pada masa reproduksi, kadar estrogen wanita sangat tinggi sehingga mampu melindungi diri dari serangan jantung dan stroke. Saat memasuki masa menopause, kadar estrogen dalam tubuh menurun. Padahal, hormon estrogen bersifat melindungi dengan membuat pembuluh darah lebih lebar sehingga mampu mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke.

"Kami sangat terkejut dengan hasil penelitian ini karenasebelumnya jarangmenggunakan subjek pada pria," ujar peneliti dari Professor of clinical epidemiology di University College London Medical School Harry Hemingway MD.

Hasil penelitian tersebut sangat konsisten di beberapa negara, setelah diuji beberapa kali, penelitian dan rentang usia yang hampir sama.

Mengingat risiko mengintai, Hemingway menekankan, untuk menjalani pola hidup sehat, menghindari stres dan mengontrol kesehatan secara teratur. Kesehatan jantung dan stroke berhubungan erat dengan pola gaya hidup yang keliru. Faktor risiko tersebut meliputi kebiasaan merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas, kurang gerak, diabetes mellitus, dan riwayat keluarga.

Selain gaya hidup, stres akibat tekanan masalah juga rentan mengalami gangguan serupa. Saat tubuh mengalami stres, maka tubuh akan mengeluarkan adrenalin dan kadar di dalam darah semakin naik. Akibatnya, jantung bekerja lebih cepat, pembuluh darah menyempit dan mengakibatkan tekanan darah naik.

Otot jantung menegang karena jantung suplai darah yang berkurang. Padahal, saat jantung memompa, darah berfungsi membawa oksigen dan nutrisi ke jantung. "Ketika jantung tidak cukup mendapat darah berakibat fungsi kerja jantung tidak optimal," ujar Medical Director St Johns County Fire Baptist Medical Center George Woodward DO FAAEM.

Tidak ada komentar: