Minggu, 23 Maret 2008

Adang Darajatun

Menjadi seorang polisi butuh perjuangan. Bahkan, tidak jarang banyak keputusan-keputusan yang harus dibuat bertentangan dengan prinsip atasan, teman, atau anak buah sekalipun. Termasuk keputusan yang dapat menyinggung perasaan orang lain.

Hal itu pernah dialami mantan Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Wakapolri) Komjen Pol Adang Darajatun. Dia bercerita, saat menjabat menjadi Kapolda Jawa Barat pada 2000, Adang sempat kehilangan teman demi menjaga prinsipnya untuk menjaga hal yang dianggapnya benar.

Kejadian itu bermula saat teman Adang semasa SMA meminta bantuan menyelesaikan suatu perkara. Namun, Adang melihat bahwa perkara tersebut tidak bisa ditolong. Sang teman marah dan meninggalkan dirinya. Mau tak mau, dia terpaksa merelakan kehilangan teman seperjuangan saat duduk di bangku sekolah.

"Karena masalah prinsip, pada hari itu saya kehilangan seorang teman yang akrab sejak SMA. Artinya, selalu ada risiko. Tinggal bagaimana kita bisa mengambil risiko itu," ujar pria kelahiran 13 Mei 1949.

Adang menyadari, dengan kedudukannya sebagai seorang polisi dia akan selalu berhadapan dengan permasalahan demikian. Itu membuat Adang selalu bertanya kepada dirinya saat diposisikan memilih, apakah layak orang tersebut dibantu atau tidak.

"Anda harus bisa introspeksi diri mengenai benar tidaknya orang itu bersalah. Jangan membantu orang yang salah. Walaupun nanti ada atasan atau teman yang mencaci maki kita karena tidak kita bantu, risiko itu harus kita ambil," tutur anak kelima dari enam bersaudara ini.

Ada duka, ada pula suka. Pengalaman menjadi polisi merupakan impian Adang sejak kecil. Keinginan dia mewujudkan impian sempat ditentang oleh ayahnya. Padahal, Adang berkeinginan keras menjadi polisi karena melihat sosok ayahnya yang seorang jaksa tinggi di Jawa Barat.

"Saat kelas III SMA, saya ngotot menjadi polisi. Lucu kan, beliau tidak memberikan izin dan saya mencari jalan lain yakni meminta izin ibu. Saya tidak tahu apakah itu adalah karakter yang terbentuk semasa kecil. Tetapi yang pasti, dari kecil saya sudah bercita-cita menjadi polisi," ungkapnya.

Dia masih ingat, tekad kerasnya menjadi seorang polisi berbuah ketidakhadiran sosok ayah saat pertama kali menaiki kereta ketika berjuang masuk Akabri tingkat I di Semarang, Jawa Tengah.

"Saya melihat semua calon taruna diantar orangtuanya, dipeluk, dan mendapat lambaian tangan saat kereta bergerak meninggalkan stasiun kereta api di Bandung. Tetapi, saya hanya seorang diri, tak ada yang mengantar. Hal ini tidak pernah saya ceritakan pada kedua orangtua karena khawatir mereka dihinggapi perasaan bersalah," kenangnya.

Adang mengakui, kekuatan terbesar dalam dirinya untuk dapat menghadapi tantangan ialah keluarga.

"Kalau ingin membangun bangsa yang baik, posisi keluarga sangat menentukan. Ini kalau yang saya lihat pada diri saya ya. Kebetulan saya lihat bapak dan ibu selalu memberikan contoh-contoh yang baik sehingga melekat pada saat saya berumur 18 tahun," ucapnya.

Komunikasi Menjadi Kunci Menjalin Hubungan dengan Keluarga

Adang Darajatun senantiasa menyempatkan diri berada di tengah keluarga. Bahkan, dia rela meninggalkan hobi bermain golf demi bersama sang cucu. Dengan demikian, komunikasi antar keluarga selalu terjaga.

"Bersama keluarga menjadi hal wajib. Setiap hari sabtu dan minggu, saya pasti bertemu dengan anak-anak dan mantu, juga cucu. Walaupun akhir-akhir ini saya sibuk sekali. Nah, itu juga keberanian dalam mengambil keputusan. Asal tahu saja, saya sudah satu tahun ini berhenti bermain golf," tuturnya.

Adang merasa bersyukur. Sebab, dengan kesibukan sebagai anggota kepolisian yang mengharuskannya pergi ke daerah, istri dan anak-anak tidak ada yang keberatan. Adalah Nunun Nurbaeti, wanita yang selalu setia mendampingi Adang.

"Adang adalah teman, sahabat, sekaligus kekasih, suami dan kakak. Dia teman diskusi yang baik. Walau kadang kami bertengkar. Itulah yang mewarnai kehidupan rumah tangga kami sampai kami dianugerahi empat orang anak, tiga laki-laki dan satu perempuan," ungkap Nunun penuh cinta.

Biodata

Nama : Komjen Pol Adang Darajatun
Tanggal Lahir : Bogor, 13 Mei 1949
Orang Tua : Alm. Achmad Djunaedi (Ayah) dan Alm. Ahadiah Wargadibrata (Ibu)
Isteri : Nunun Nurbaeti
Anak : Adri Achmad Drajat, Tuza Junius, Ratna Farida dan Muhammad Azara
Pekerjaan : Mantan Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia
Alamat : Jalan Cipete Raya No. 39, Jakarta Selatan
Motto : Berikan Yang Terbaik

Jml Saudara : Enam bersaudara
1. Satria
2. Nugraha
3. Nucharan
4. Anwar
5. Adang Darajatun
6. Ratna Sari

Tidak ada komentar: