Kamis, 20 Maret 2008

Setio Rahardjo

JAKARTA - Jabatan sudah pasti akan dicopot tidak membuat Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Setio Rahardjo berleha-leha. Ia masih sibuk saat ditemui di kantornya, lantai 7 Gedung Departemen Perhubungan Jalan Merdeka Barat, awal Maret 2007 lalu.

Setio masih sibuk menerima tamu, menggelar rapat maupun menandatangani tumpukan berkas yang dibawa seorang stafnya. Sementara, di lantai lain di Gedung yang sama isu adanya rapat evaluasi jajaran Dephub menyangkut pencopotan jabatannya, semakin berhembus kencang. "Masuk-masuk, tunggu ya," sapa purnawirawan TNI AL ini kepada okezone yang menemuinya.

Penampilannya sore itu sangat sederhana. Mengenakan seragam coklat, dan sandal jepit hijau. Tidak ada kesan sebagai pejabat yang super sibuk, meski banyak peristiwa kecelakaan transportasi di tanah air ini yang harus ditanganinya.

Nama Setio akhir-akhir ini semakin dikenal masyarakat, dan sering dikaitkan bila terkait kecelakaan transportasi. Tudingan sebagai salah satu pejabat yang bertanggungjawab selalu hinggap di pundaknya.

Setio memang agak kurang beruntung memangku jabatan ketua KNKT. Sejak pengangkatan dirinya sebagai Ketua KNKT, peristiwa demi peristiwa kecelakaan transportasi beruntun terjadi. Seperti kecelakaan Lion Air di Solo, Mandala di Medan, KM Senopati, Adam Air sampai yang terbaru dan menempatkan dirinya seperti telur diujung tanduk adalah terbakarnya KM Levina I. Setio memaklumi tudingan yang diarahkan kepadanya. Tapi Purnawiran TNI-AL berpangkat Laksda ini, merasa perlu untuk meluruskan persepsi yang berkembang di masyarakat yang menganggap KNKT adalah institusi yang paling bertanggung jawab atas buruknya kondisi keselamatan transportasi di Indonesia.

Saat menerima jabatan sebagai Ketua KNKT, resiko itu tak pernah terbayang dibenaknya. Awalnya, Setio hanya fokus mempelajari setiap seluk-beluk pekerjaan barunya."Saya tak membayangkan sama sekali resiko seperti yang saya alami saat ini. Saat baru menjabat, yang saya, pikirkan hanya mempelajari tugas-tugas," ujar Setio. "KNKT itu organisasi non stuktural di bawah Dephub, dan bertanggung jawab kepada Menteri Perhubungan. Tugasnya melaksanakan penelitian, dan penyelidikan kecelakaan transportasi. Saya (KNKT) lebih banyak bertugas, justru kalau peristiwa kecelakaan sudah terjadi. Setelah penyelidikan, baru KNKT membuat rekomendasi kepada menteri," jelas Setio.

Tugas ini, membuat KNKT jarang melaporkan hasil rekomendasinya kepada publik. "Kewajiban saya melaporkan rekomendasi ke menteri. Sesuai dengan Keppres, urusan ke masyarakat tunggu order menteri. Sampai saat ini sudah banyak yang saya rekomendasikan," kilahnya menanggapi pertanyaan mengenai jarangnya KNKT mempublikasikan temuannya ke publik.

Terus, kalau sudah banyak merekomendasikan penelitian mengenai keselamatan transportasi, kenapa masih banyak kecelakaan? Soal rekomendasi, menurutnya kadang-kadang sulit dalam penerapannya. Setio memberi contoh, ia pernah merekomendasikan jalur rel antara Lahat-Linggau, agar sementara tidak dioperasikan. Namun, rekomendasi itu ditolak, terutama oleh Pemda, dengan alasan akan memutus akses ekonomi. "Terserah, saya sudah berusaha semaksimal mungkin," katanya.

Sebagai seorang yang dibesarkan dalam "pelukan" Sapta Marga, Setio menyatakan siap diganti kapan saja. Namun mantan pilot TNI-AL ini merasa luka, saat pencopotan jabatannya disebut-sebut karena ketidakbecusannya mengemban tugas. "Lebih baik saya dibilang bodoh, daripada dianggap tidak mampu menjalankan tugas. Malu... saya," ujar Setio dengan suara bergetar.

Ia bercerita, suatu waktu, setelah dirinya menghadiri sebuah acara talk show di sebuah stasiun televise, ia dikerubuti wartawan dan ditanya mengenai isu penggantian jabatannya. Saat perjalanan pulang, ia kaget ketika seorang anaknya memberi kabar bahwa ia akan dicopot dari jabatannya sebagai Ketua KNKT. Kabar itu didapat anaknya melalui berita running teks, sebuah stasiun televise. Mendengar kabar itu, Setio shock juga. "Bunyinya â€~Ketua KNKT akan diganti'. Saya kok rasanya, seperti koruptor atau penjahat yah... dibegitukan," kisahnya sambil menerawang.

Isu pencopotan dirinya semakin terang, setelah Menteri Perhubungan Hatta Rajasa membenarkan kabar itu kepada pers. Mungkin Setio pun telah bertemu Hata Rajasa, seperti yang diberitakan media, dan mengetahui kebenaran kabar pencopotan dirinya. Kamis 1 Maret, Amaria Hasan, istri tercinta yang ia nikahi 34 tahun lalu ini datang ke kantor sang suami. Kali itu Amaria membantu mengemas barang kedalam beberapa dus.

"Istri memang memberi dukungan yang besar untuk saya, ia selalu membantu saya untuk sabar. Hikmahnya pasti lebih banyak," ujar pria kelahiran 1946 ini.

Di mata anak buahnya Setio adalah pribadi yang hangat, dan pemimpin yang cakap dalam memberi tugas. "Ia sering bercanda dan tidak one-man show," ujar Muhammad Yusuf wakil ketua KNKT.

Yusuf menambahkan, Setio berhasil meletakan blue print sistem kerja di tubuh KNKT. "Ketika dipimpin Pak Setio, KNKT baru memiliki pedoman dan arah bergerak," tukasnya.

"Kalau secara resmi nanti Saya diganti, nanti Saya mau "MC" dan "PM". Momong cucu dan jadi pengamat mall,"canda kakek dari 6 cucu ini, sambil tergelak ketika ditanya rencana ke depannya.

"Ya. Habis bagaimana, mungkin memang saya punya kesalahan. Baiklah semoga ketemu lagi di lain kesempatan," ujar Setio mengakhiri perbincangan sambil mengantar okezone sampai pintu ruangannya.



Biodata

ÂÂ

Nama : Setio Rahardjo

Pangkat : Laksamana Muda

Tanggal Lahir : Rangkas Bitung, 8 Januari 1946.

ÂÂ



Pendidikan

ÂÂ

Sekolah Dasar - SMA : 1952-1964

Naval Academy Air Navigation : 1964-1968

Pilot Training : 1971-1972

Naval Gun Fire Liasion Officer (USA) : 1976

Pilot Instructur : 1982

Air Force Staff College : 1986-1987

Naval Staff College (UK) : 1991

Bachelor Degree of Political Studies : 1996

ÂÂ

Karir

ÂÂ

1968-1971 : Navigator Udara Satuan Udara Armada Timur TNI-AL

1972-1984 : Pilot Satuan Armada Timur TNI-AL

1984-1987 : Komandan SQN 800

1987-1988 : Staff Operasi SQN 600

1998-1999 : Perwira Staf Operasi Satuan Armada Timur TNI-AL

1991-1993 : Palaksana Kesatuan Udara Armada Timur TNI-AL

1993 : Komandan Pangkalan Udara TNI-AL Juanda

1993-1995 : Komandan Satuan Udara Armada Timur TNI-AL

1995-1998 : Kepala Dinas Penerbangan TNI-AL

1998-2003 : Ketua Badan SAR Nasional

2003-sekarang : Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)

Tidak ada komentar: